Merengkuh Kesemestaan

Penulis

  • Albertus Bagus Laksana Universitas Sanata Dharma

DOI:

https://doi.org/10.33550/sd.v10i2.428

Abstrak

Buku La grâce du végétal menampilkan penalaran teologis yang unik dan segar mengenai divine economy. Dunia tumbuhan atau vegetasi adalah rahmat tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk makluk lain, termasuk untuk manusia dalam sebuah relasi. Dalam krisis ekologis, semakin disadari bahwa tumbuh-tumbuhan adalah “penyedia kehidupan” (provider of life). Tumbuhan itu memersepsikan, merasakan dan mengomunikasikan … di luar penampakan mereka yang tampaknya bisu. Kita hidup bersama pepohonan dalam sebuah relasi yang ditandai oleh resonansi dan ketergantungan. Schaefer menawarkan sebuah konsep “reciprocite significative”, yakni hubungan timbal-balik yang penting untuk kedua belah pihak karena manusia juga memelihara dirinya sendiri ketika manusia memelihara pepohonan. Kalau logika ini diteruskan, mungkin mengarah pada kesimpulan besar seperti ini: segala sesuatu itu menjadi rahmat untuk yang lain. Barangkali, ada unsur kebetulan ketika saya melihat buku itu terpampang di rak yang sangat kelihatan. Namun demikian, di luar minat dan unsur kebetulan ini, mungkin topik ini juga mewakili gerakan pemikiran dalam bidang teologi dan pemikiran agama yang lebih luas, yang tidak hanya semakin inklusif tetapi juga “universal”, dalam arti: merengkuh kesemestaan (the universe). Pemikiran ini jelas menambah luas gerak inklusif teologi dan pemikiran keagamaan yang sudah meretas batas geografis dan kawasan (theology without border) atau batas-batas denominasi (oikumenis) dan batas agama (interreligius).

Statistik

Data terunduh belum tersedia.

Unduhan

Diterbitkan

17-11-2023

Cara Mengutip

Bagus Laksana, A. . (2023). Merengkuh Kesemestaan. Societas Dei: Jurnal Agama Dan Masyarakat, 10(2), 121–123. https://doi.org/10.33550/sd.v10i2.428